Rabu, 04 September 2013

Anak jadi sosok penakut dan minder

Anak jadi sosok penakut dan minder

Anak   : "(anak sedang menikmati dunianya sendiri dengan pengalaman berjalan"
Ortu     : " dekkk...dek... ayo kesini,, ada pus meong lho..., ntar adek digigit,,,"
Anak   : " (dia bingung, tolah-toleh kesana kemari)
Ortu     : " pusss.....meooong,... pussss...meong... awas dek ada pus di situ, sini..sini... hiiiiiii"
Anak   : “ euh...ehhh... (si kecil langsung lari ke arah ortunya)
 
Banyak dari kita yang melakukan hal seperti itu, dan kita tidak sadar sudah mendidik anak kita sendiri menjadi anak yang penakut. Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
Marilah kita awali dari diri sendiri, anak-anak tetaplah anak -anak yang seharusnya  mendapatkan:

  1. Masa anak-anak
  2. Kebahagiaan bukan kesedihan
  3. Kasih sayang bukan caci makian
  4. Senyuman bukan tangisan
  5. Tuntunan bukan tuntutan
  6. Ketenangan bukan kemarahan
  7. dan semua hal yang positif buat tumbuh kembang sang buah hati..

0 komentar:

Posting Komentar