Anak jadi sosok penakut dan minder
Anak : "(anak sedang menikmati dunianya sendiri dengan
pengalaman berjalan"
Ortu : " dekkk...dek... ayo kesini,, ada pus meong
lho..., ntar adek digigit,,,"
Anak : " (dia
bingung, tolah-toleh kesana kemari)
Ortu : " pusss.....meooong,... pussss...meong... awas dek
ada pus di situ, sini..sini... hiiiiiii"
Anak : “ euh...ehhh... (si kecil langsung lari ke arah ortunya)
Banyak dari kita yang melakukan hal seperti itu, dan kita tidak sadar sudah mendidik anak kita sendiri menjadi anak yang penakut. Kadang, ketika
anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita
takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain.
Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada
bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu
ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri
karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan
lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah
menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita
khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau
lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan
senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru
menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta
membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya,
dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
Marilah kita awali dari diri sendiri, anak-anak tetaplah anak -anak yang seharusnya mendapatkan:
- Masa anak-anak
- Kebahagiaan bukan kesedihan
- Kasih sayang bukan caci makian
- Senyuman bukan tangisan
- Tuntunan bukan tuntutan
- Ketenangan bukan kemarahan
- dan semua hal yang positif buat tumbuh kembang sang buah hati..
0 komentar:
Posting Komentar